5 Tokoh yang Mengaku Imam Mahdi: Latar Belakang dan Sejarahnya

 5 Tokoh yang Mengaku Imam Mahdi: Latar Belakang dan Sejarahnya

Pendahuluan

Dalam sejarah Islam, keyakinan tentang kedatangan Imam Mahdi merupakan salah satu topik yang menarik perhatian umat. Imam Mahdi diyakini sebagai sosok yang akan muncul di akhir zaman untuk menegakkan keadilan dan membasmi kezaliman. Namun, keyakinan ini juga melahirkan berbagai kontroversi, terutama terkait munculnya individu-individu yang mengklaim sebagai Imam Mahdi. Berikut adalah lima tokoh yang pernah mengaku sebagai Imam Mahdi, lengkap dengan latar belakang dan sejarahnya.



1. Muhammad bin Abdullah Al-Sudani (1881)

Muhammad Ahmad bin Abdullah, yang dikenal sebagai Al-Mahdi dari Sudan, lahir pada tahun 1844. Ia memproklamirkan dirinya sebagai Imam Mahdi pada tahun 1881 di wilayah Sudan yang saat itu berada di bawah kekuasaan Kesultanan Utsmaniyah dan Inggris.

Muhammad Ahmad mengklaim bahwa ia menerima wahyu dari Allah dan ditugaskan untuk memimpin umat Islam. Dengan semangat keagamaan dan nasionalisme, ia memimpin pemberontakan melawan penjajahan Inggris dan Kesultanan Utsmaniyah. Gerakannya berhasil menguasai sebagian besar wilayah Sudan, termasuk ibu kota Khartoum pada tahun 1885. Namun, ia meninggal tak lama setelah itu akibat tifus. Gerakan Mahdiyah yang ia bangun tetap menjadi salah satu bagian penting dari sejarah Sudan.


2. Mirza Ghulam Ahmad (1835-1908)

Mirza Ghulam Ahmad adalah pendiri gerakan Ahmadiyah, yang muncul di India pada abad ke-19. Ia lahir pada tahun 1835 di Qadian, India, dan mengaku sebagai Imam Mahdi serta reinkarnasi Nabi Isa (Yesus) yang dijanjikan dalam Al-Qur'an dan Hadis.

Klaim Mirza Ghulam Ahmad menuai kontroversi besar di kalangan umat Islam, terutama karena keyakinannya bertentangan dengan konsep Mahdi yang diterima secara umum. Meski begitu, Ahmadiyah berhasil berkembang menjadi gerakan global dengan pengikut di berbagai negara. Banyak ulama dan organisasi Islam menolak klaimnya dan menganggap ajarannya sebagai penyimpangan.


3. Said Nursi (1877-1960)

Said Nursi adalah seorang cendekiawan dan ulama dari Turki yang dikenal sebagai pendiri gerakan Nur. Meskipun ia tidak secara eksplisit mengklaim sebagai Imam Mahdi, beberapa pengikutnya menganggapnya sebagai sosok Mahdi yang dijanjikan.

Said Nursi menekankan pentingnya pendidikan dan penyebaran nilai-nilai Islam melalui tulisan-tulisannya, yang kemudian dikenal sebagai "Risale-i Nur". Ia memainkan peran penting dalam mempertahankan identitas Islam di tengah upaya sekularisasi Turki pada masa pemerintahan Mustafa Kemal Ataturk. Namun, banyak ulama tradisional tetap menolak klaim pengikutnya yang menghubungkannya dengan Imam Mahdi.


4. Rashad Khalifa (1935-1990)

Rashad Khalifa adalah seorang biokimiawan asal Mesir yang bermigrasi ke Amerika Serikat. Ia mengaku sebagai Imam Mahdi dan utusan Allah pada abad ke-20. Rashad dikenal dengan teori numerologinya tentang angka 19 dalam Al-Qur'an, yang ia klaim sebagai bukti ilmiah keaslian kitab suci tersebut.

Pada tahun 1980-an, Rashad Khalifa mendirikan gerakan bernama Submitters International. Klaimnya menuai kecaman dari berbagai kalangan, terutama setelah ia menolak hadits sebagai sumber hukum Islam. Rashad Khalifa meninggal dunia pada tahun 1990 akibat pembunuhan di Tucson, Arizona, yang diduga terkait dengan kontroversi ajarannya.


5. Juhayman Al-Otaibi (1979)

Juhayman Al-Otaibi adalah seorang tokoh Islam radikal dari Arab Saudi yang memimpin pengepungan Masjidil Haram pada tahun 1979. Dalam aksi ini, ia mendukung klaim Muhammad bin Abdullah Al-Qahtani, saudara iparnya, sebagai Imam Mahdi.

Juhayman dan kelompoknya percaya bahwa Muhammad bin Abdullah Al-Qahtani adalah Mahdi yang dijanjikan, sebagaimana disebutkan dalam hadits. Mereka merebut Masjidil Haram dan mendeklarasikan kemunculan Mahdi di hadapan ribuan jamaah. Pengepungan ini berlangsung selama dua minggu sebelum dihentikan oleh pasukan keamanan Saudi dengan bantuan pihak luar. Muhammad bin Abdullah terbunuh dalam serangan tersebut, dan Juhayman dihukum mati.


Kesimpulan

Fenomena pengakuan sebagai Imam Mahdi mencerminkan kompleksitas keyakinan keagamaan dan dinamika sosial-politik umat Islam sepanjang sejarah. Meskipun klaim-klaim ini sering kali berakhir dengan kontroversi, mereka juga menjadi pengingat pentingnya pemahaman mendalam tentang ajaran Islam yang benar. Umat Islam diharapkan untuk selalu merujuk kepada Al-Qur'an dan Hadis yang sahih dalam menyikapi isu-isu seperti ini, sehingga tidak mudah terjebak dalam klaim-klaim yang tidak berdasar.

Dengan memahami sejarah dan latar belakang tokoh-tokoh ini, kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran untuk lebih waspada terhadap fenomena serupa di masa depan.

Komentar